Wednesday, 26 August 2015

“DESAIN BERFIKIR WIRAUSAHA”

MAKALAH
DESAIN BERFIKIR WIRAUSAHA”
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH :
KEWIRAUSAHAAN
DOSEN PEMBIMBING :




























PS III E /FEBI
INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TULUNGAGUNG 2014



A.     Prinsip Berfikir Wirausaha
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.
Dengan demikian, ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu:
ü  Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)
ü  Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)
ü  Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
ü  Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker, 1959)
ü  Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha (Zimmerer, 1996)
ü  Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan keenam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah  nilai-nilai yang membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999), memberikan  ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter wirausaha sebagai orang yang
Ø  percaya  diri,
Ø   berorientasi tugas dan hasil,
Ø  berani mengambil risiko,
Ø  berjiwa kepemimpinan,
Ø  berorientasi ke depan, dan
Ø   keorisinalan.
Dengan demikian bisa disimpulkan prinsip utama berfikir kewirausahaan adalah :
·         Jangan takut gagal.Banyak yang berpendapat bahwa untuk berwirausaha dianalogkan dengan impian seseorang untuk dapat berenang. Walaupun teori mengenai berbagai gaya berenang sudah bertumpuk,sudah dikuasai dengan baik dan literatur-literatur sudah lengkap, tidak ada gunanya kalau tidak di ikuti menyebur ke dalam air (praktek berenanga) demikian halnya untuk berusaha, tidak ada gunanaya berteori kalau tidak terjun langsung, sehingga mengalami (berpengalaman), dan sekalilagi jangan takut gagal sebab kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda
·         Penuh semangat.Hal yang menjadi penghargaan terbesar bagi pembisnis atau perwirausahaan bukanlah tujuannya melainkan lebih kepada proses dan perjalanannya.
·         Kreativ dan Inovativ.Kreativitas dan Inovasi adalah modal bagi seorang pengusaha. Seorang wirausaha tidak boleh berhenti dalam berkreativitan dan berinovasi dalam segala hal.
·         Bertindak dengan penuh perhitungan dalam mengambil resiko.Resiko selalu ada dimanapun kita berada. Seringkali kita menghindra dari resiko yang satu, tetapi menemui bentuk resiko lainnya. Namun yang harus diperhitungkan adalah perhitugkan deangan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu, terutama yang tingkat resikonya tinggi.
·         Sabar, ulet dan tekun.Prinsip lain yang tidak kalah penting dalam berusa adalah kesabaran dan keytekunan. Saban dan tekun meskipun harus menghadapi berbagai bentuk permasalahan, percobaan, dan kendala bahkan diremehkan oleh orang lain.
·         Harus optimis.Optimis adalah modal usaha yang cukup penting bagi usahawan, sebab kata optimis nerupakan sebuah prinsip yang dapat memotivasi kesadaran kita sehingga apapun usaha yang kita lakukan harus penuh optimis bahwa usaha yang kita laksanakan akan sukses.
·          Abisius.Demikian juga prinsip ambisius seorang wirausahawan  harus berambisi, apapun jenis usaha yang akan dilakukannya.
·         Pantang menyerah atau jangan putus asa.Prinsip pantang menyerah adalah bagian yang harus dilakukan kapanpun waktunya.
·         .Peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasar.Prinsip peka terhadap pasar atau dapat baca peluang pasa radalah  prinsip mutlak yang harus dilakukan oleh wirausahawan, baik pasar ditingkat lokal, regional, maupun internasional. Peluang pasar sekecil apapun harus di identifikasi dengan baik, sehingga dapat mengambil peluang pasar tersebut dengan baik.
·          Berbisnis dengan standar etika.Prinsip bahwa setiap pebisnis harus senantiasa memegang secara baik tentang standar etika yang berlaku secara universal.
·         Mandiri.Prinsip kemandirian harus menjadi panduan dalam berwirausaha. Mandiri dalam banyak hal adalah kunci penting agar kita dapat menghindarkan ketergantungan dari pikak-pikak atau para pemangku kepentingan atas usaha kita.
·         Jujur.Menurut Pytagoras, kejujuran adalah mata uang yang akan laku dimana-mana. Jadi, jujur kepada pemasok dan pelanggan atau kepada seluh pemangku kepentingan perusahaan adalah prinsip dasar yang harus dinomorsatukan dalam berusaha.
·         Peduli lingkungan.Seorang pengusaha harus memiliki kepedulian terhadap lingkungan sehingga haruas turut serta menjaga kelestarian lingkungan tempat usahanya.
·         Membangun Relasi dan network dengan sesama wirausahawan karena dengan begitu proses pembelajaran dan pengetahuan akan kewirausahawan kita akan berkembang. [1]
Jadi, keberhasilan suatu usaha, ada syarat utama yang harus dimiliki yaitu memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif.
B.      FAKTOR YANG MENDORONG SEORANG BERWIRAUSAHA
Empat faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang untuk menjadi pengusaha. Empat faktor itu adalah: Individu, kultural, masyarakat, dan gabungan dari ketiga faktor tadi.
  1. Faktor Individual
Banyak ahli yang berpendapat bahwa studi mereka akan membuahkan hasil apabila sifat wirausahawan dapat diungkap lebih jauh, meskipun faktanya, sifat tersebut tidak bisa dijadikan indikator dalam mengukur perilaku wirausahawan. Peter Drucker, adalah salah satu dari sekian banyak orang yang tidak percaya bahwa sifat adalah tolak ukurnya, dan sebaliknya berpendapat bahwa kewirausahaan dapat diajarkan. Seorang profesor dalam bidang kewirausahaan sependapat dengan hal ini:

Kepada semua yang tidak takut mengambil risiko, Akan kutunjukkan kepadamu bagaimana seseorang dapat membenci risiko. Untuk setiap orang yang terlahir sebagai anak pertama yang sukses dalam wirausaha, akan ada satu satu orang yang terlahir sebagai anak tunggal atau anak bungsu yang sukses. Dan setiap wirausaha yang tumbuh dengan mendengarkan pembicaraan orangtuanya yang menjadi pengusaha, akan ada pengusaha yang tumbuh karena didikan keras orangtuanya, atau karena tidak mempunyai orangtua.

Namun, banyak yang percaya bahwa para pengusaha memiliki sifat khusus, dimana sifat ini tidak dapat diajarkan. Seorang enulis dari majalah Business Week tidak setuju dengan pendapatnya Peter Drucker, ”Mungkin Drucker benar, bahwa sifat – sifat wirausaha dapat dipelajari, namun tidak demikian dengan jiwa wirausahawan. Seorang wirausahawan bisa juga adalah seorang manajer, tetapi tidak semua manajer dapat menjadi wirausahawan.” Ada pengusaha yang berpendapat,

Anda tidak bisa mengajarkan dorongan, initiative, ingenuity, atau individuality. Anda juga tidak akan bisa mengajarkan pola pikir ataupun sifat. Anda juga tidak bisa mengajarkan pelajaran memulai sebuah usaha hanya dengan harapan dan kemampuan berbicara kepada seseorang untuk meminjam uang (berhutang).

Sedangkan seorang yang lain menyatakan, ”Ide – ide yang brilian itu sudah biasa, namun orang yang bisa menjalankannya sangat jarang.”
Apakah wirausahawan muncul semenjak seseorang lahir ataukah di saat seseorang tumbuh dewasa, ada beberapa sifat yang memang muncul ketika seseorang merasakan sukses. Sifat ini, kerap ditemukan dalam beberapa manajer dan pengusaha yang sukses. Berikut sifat – sifat yang dimaksud:

Rasa antusias dalam berbisnis    Para pengusaha harus lebih bersemangat dalam menjalankan usahanya karena akan ada banyak rintangan yang harus dilalui. Mereka yang kehilangan semangat dalam bekerja tidak akan sukses. Steven Jobs, pendiri komputer Apple, mengatakan kalau Apple sukses bukan karena konsep dari Apple adalah sebuah ide yang brilian, namun karena Apple dibangun dengan ’hati’. Komitmen inilah yang mendorong seseorang untuk bekerja lebih, hingga akan mengatakan, ”Aku tidak akan menyerah sebelum sukses!”

Tidak putus asa meskipun gagal     Karena akan ada banyak rintangan yang harus dilalui, seorang pengusaha tidak boleh menyerah begitu saja. Banyak cerita sukses dari para pengusaha dimana mereka terus bangkit meskipun kegagalan yang diraih sudah tak dapat dihitung lagi. ”Wirausahawan tidak dapat gagal, mereka hanya mendapatkan pengalaman pahit.” Mereka paham, bahwa ”kesukaran akan menjadi peluang baru yang belum terlihat.” Paul Goldin, CEO dari perusahaan Score Board, mengatakan, ”Jangan takut gagal. Cobalah sampai tujuh, delapan kali.”
Walt Disney pernah bangkrut tiga kali sebelum sukses membuat film pertamanya. Henry Ford gagal dua kali, dan tidak mungkin bisa sukses apabila tidak bangkit dari kegagalannya. Joe Namath, pemain sepakbola, menyikapi kegagalan secara positif, “Aku tidak pernah kalah dalam pertandingan. Aku cuma kadang – kadang kehabisan waktu saja.”

Percaya Diri     Para pengusaha percaya dengan kemampuan dan konsep bisnis mereka. Mereka percaya bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan apa yang mereka mulai. Rasa percaya diri ini, bukan hanya omong kosong belaka. Banyak dari mereka yang memiliki pengetahuan tentang pasar dan industri. Tak jarang dari mereka yang melakukan berbagai investigasi untuk mencari informasi. Bukanlah hal yang aneh apabila seorang pengusaha belajar dari usaha orang lain. Mereka pun mengembangkan usahanya sembari bekerja dari orang lain. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman untuk belajar dari kesalahan orang lain pula. Seorang pengusaha yang sukses mengatakan, ”Lebih baik saya belajar mengendarai motor dengan menggunakan motor orang lain daripada milik saya sendiri.”

Tekad yang kuat     Hampir setiap pengusaha mempunyai motivasi dan tekad yang kuat untuk mencapai sukses. Jon. P.Goodman, direktur Universitas Kewirausahaan California Selatan, berpendapat bahwa tekad merupakan kunci penting untuk meraih kesuksesan karena pengusaha yang sukses tidak terbelenggu oleh takdir. Para pengusaha percaya bahwa kesuksesan dan kegagalan mereka disebabkan oleh diri sendiri. Kualitas diri ini juga disebut sebagai internal locus of control. Seseorang yang percaya bahwa takdir, ekonomi, dan faktor – faktor eksternal lainnya merupakan kunci kesuksesan tidak cocok menjadi pengusaha.

Pengolahan Risiko     Dalam kacamata orang awam, para pengusaha umumnya adalah orang – orang yang mudah mengambil risiko, itupun dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini tidak selamanya benar. Pertama, seperti yang dikatakan diatas, mereka bekerja terlebih dahulu secara penuh, atau paruh waktu. Lalu kemudian memulai bisnisnya secara perlahan, hingga akhirnya sampai pada puncak kesuksesan.
Para pengusaha juga memandang risiko secara berbeda dari yang lain. Seorang penulis majalah Business Week menggunakan contoh Chuck Yeager, seorang pilot dan Scott Schmidt, penemu ski ekstrim. Kemampuan Yeager untuk mengemudikan kokpit selama bertahun – tahun membuatnya melihat risiko dalam sudut pandang yang berbeda.
Ski ekstrim Scott Schmidt terbang dengan ketinggian lebih dari 60 kaki. Publik menilai dia sangat ceroboh dari video – video loncatan hebatnya. Dalam setiap loncatan, dia mengukur secara teliti bagaimana saat loncat dan saat mendaratnya. Oleh karenanya, Schmidt tidak menganggap dirinya seorang maniak loncat yang ceroboh, namun seorang pemain ski yang handal.
Lane Nemeth, penemu Discovery Toys, mengatakan bahwa para pengusaha melihat risiko dalam sudut pandang yang berbeda. Ketika dia memulai perusahaannya dengan uang $50.000, dia melihat uang itu dan menanyakan pada dirinya sendiri, ”Bagaimana kalau aku gagal?” Namun, saat itulah terakhir kalinya dia berpikir kalau dia akan gagal.

Melihat perubahan sebagai peluang     Oleh orang awam, perubahan merupakan sesuatu yang mengerikan dan harus dihindari. Para pengusaha melihatnya sebagai sesuatu yang normal dan perlu. Mereka mencari perubahan, dan menjawab perubaan itu, kemudian mencari peluang, dan akhirnya menciptakan inovasi.

Toleransi akan Ambiguitas     Hidup seorang pengusaha sangatlah tidak terstruktur. Tidak ada yang menetapkan jadwal dan proses langkah demi langkah. Tidak ada yang menentukan berapa persentase kesuksesan. Banyak faktor – faktor yang tidak bisa diukur seperti ekonomi, cuaca, dan perubahan keiingan konsumen yang seringkali membawa dampak yang drastis dalam usaha. Hidup seorang pengusaha bisa dikatakan hidup yang penuh dengan ambiguitas, tidak jelas. Namun, pengusaha yang sukses merasa nyaman dengan semua itu.

Perlunya Inisiatif dan Pencapaian     Hampir setiap orang percaya bahwa pengusaha yang sukses mengambil inisiatif penuh dalam situasi dimana yang lain tidak akan maju. Keinginan para pengusaha untuk bertindak sesuai dengan ide mereka terkadang sering mengaburkan pandangan mereka yang bukan pengusaha. Banyak orang yang mempunyai ide brilian, namun ide – ide ini tidak pernah direalisasikan.
Para pengusaha bertindak berdasarkan idealis mereka untuk mencapai sebuah hasil, sebuah pencapaian. Pencapaian itu kemudian diubah menjadi dorongan dan inisiatif.

Detil, dan perfeksionisme     Sebagian besar para pengusaha perfeksionis. Segala sesuatunya dilakukan dengan sempurna, baik produk maupun servis. Namun, hal ini kerap kali menjadi sumber frustasi pekerja yang bukan perfeksionis. Oleh karenanya, para pekerja kerap melihat para pengusaha sebagai orang yang sulit.

Persepsi akan Menghabiskan Waktu      Para pengusaha sadar bahwa waktu bergulir secara cepat dan, mereka pun menjadi orang yang tidak sabaran. Karena hal inilah, segala sesuatunya tidak pernah selesai dengan cepat dan mulailah masuk ke dalam krisis. Orang – orang yang tidak terbiasa akan merasa risih dengan hal ini.

Kreativitas      Salah satu alasan para pengusaha sukses adalah karena mereka mempunyai imajinasi dan rencana – rencana lain. Mereka memiliki kemampuan untuk melihat peluang lebih dari apa yang orang awam lihat. Nolan Bushnell membuat video game konsol rumahan dan Chuck E, percaya bahwa kreasi hanyalah sesuatu yang standar dalam sebuah bisnis. Sebagai contoh, Bushnell pernah bekerja di taman bermain saat masih kuliah. Di sinilah dia mendapatkan ide untuk membuat video game rumahan. Dia percaya, para pengusaha harus tahu apa yang konsumen inginkan, bahkan sebelum mereka sadar bahwa mereka menginginkannya, dan secepat mungkin.

Kemampuan untuk melihat secara garis besar     Para pengusaha seringkali melihat sesuatu secara holistik, mereka dapat melihat garis besar ketika yang lain hanya melihat bagian dari garis tersebut. Berdasarkan sebuah studi, seorang pengusaha menjalankan usahanya dengan mencari informasi yang lebih banyak tentang lingkungan kerjanya dibanding mereka yang tidak sukses. Dengan proses ini, pengusaha melihat lingkungan kerja secara keseluruhan, dan membuat rancangan kerja untuk memperbesar aktivitas usahanya.

Faktor – Faktor yang Memotivasi      Meskipun banyak orang yang percaya bahwa para pengusaha termotivasi oleh uang, banyak faktor yang sebenarnya lebih penting, seperti perlunya mencapai sebuah hasil yang maksimal (pencapaian) seperti yang telah ditunjukkan diatas. Sebuah keinginan untuk mandiri lebih pentingn dibandingkan motivasi akan uang itu sendiri. Para pengusaha pada awalnya memulai usahanya karena tidak ingin memiliki bos / atasan. Setidaknya, 3.000 pengusaha mengidentifikasi beberapa faktor dibawah ini sebagai alasan mengapa mereka berwirausaha:

Menggunakan ketrampilan dan kemampuan diri sendiri
Mendapatkan kontrol dalam hidup mereka
Ingin menghadiahkan sesuatu bagi keluarganya
Karena dia suka akan tantangan
Untuk hidup bebas dimana diri sendirilah yang menentukan
Sedangkan faktor yang lainnya adalah: ingin diakui, ingin mendapatkan hadiah dan penghargaan, dan ingin memuaskan hasrat dan ekspektasi diri.
Kepercayaan Diri     Konsep kepercayaan diri mempengaruhi keinginan seseorang. Kepercayaan diri didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kepercayaan diri yang kuat dan akurat sangat diperlukan untuk mengembangkan seluruh aspek kemanusiaan, termasuk inisiatif dan ketekunan. Oleh karenanya, seseorang yang percaya bahwa dia akan sukses sebagai pengusaha akan meraih impiannya.
  1. Faktor Kultural
Sebuah penemuan yang sangat umum apabila kebudayaan dan etnik dapat merepresentasikan sebuah jaringan usaha, yang tentunya, orang – orang yang tergabung didalamnya merupakan pengusaha. Namun, kecenderungan kultur ini masih belum jelas, karena setiap individu dalam suatu kelompok budaya tidak semuanya menjadi pengusaha dengan alasan yang sama.
Efek dari kultur dan sifat etnis ini mungkin terangkai, karena menurut berbagai studi, kebudayaan yang berbeda memiliki nilai dan kepercayaan yang berbeda pula. Sebagai contoh, di Jepang dikenal ada sebuah pencapaian kultur dimana seseorang harus terus berusaha sampai mereka sukses. Faktur lain yang penting adalah bagaimana kultur tersebut memiliki internal locus of control atau tidak. Sebagai contoh, kultur di Amerika mendukung adanya internal locus, sedangkan di Rusia tidak.
Kultur juga mempengaruhi status kewirausahaan. Sebuah studi di Kanada, menyatakan bahwa orang India melihat kewirausahaan sebagai sesuatu yang positif, sedangkan orang – orang Haiti melihatnya sebagai kerjaan rendahan. Ekspektasi kultural merupakan penghalang untuk seorang Wanita bernama Puerto Rican di Washington, D.C. Ketika dia ingin memulai usahanya, kakaknya menyuruhnya untuk segera menikah saja.
  1. Faktor Masyarakat
Dalam semua lingkungan sosial, ada orang yang tidak ingin menjadi pengusaha, tetapi karena situasi dan kondisi, mereka terpaksa menjadi pengusaha. Para pekerja di Amerika dapat dikategorikan dalam grup ini. Hal ini disebabkan karena perubahan pangsa pasar. Para imigran di berbagai negara mencoba jalan ini apabila kemampuan berbahasa dan ketrampilan mereka tidak sesuai. Ini disebut sebagai adaptasi. Sebuah studi faktor – faktor etnokultural menyatakan bahwa tidak semua pengusaha muncul lewat kelompok masyarakat yang menghargai kewirausahaan. Mereka memilih untuk berwirausaha karena ada tekanan, dan juga merupakan asimilasi sosial.
  1. Kombinasi dari Ketiga Faktor
Karena ketekunan sangatlah sulit untuk diraih pada usia yang dewasa, sebaiknya jiwa kewirausahaan ditanamkan pada anak – anak. Sebuah studi di sebuah TK mengindikasikan bahwa setiap satu dari empat anak yang ada menunjukkan sifat kewirausahaan. Setelah beranjak ke usia remaja, hanya 3 persen dari mereka yang masih mempertahankan sifat tersebut. Pelajaran di sekolah tidak mengajarkan sifat kewirausahaan, dan pada nyatanya lebih ke pengajaran teori dan individu. Kreativitas dan kemampuan anak – anak pun menjadi berkurang, padahal kreativitas itulah yang menjadi senjata utama dari pengusaha.
Wilson Harrell, seorang konsultan bisnis, merekomendasikan para orang tua untuk tidak memberikan uang saku kepada anaknya secara cuma – cuma. Contohnya, di umur 6 tahun, Harrell memiliki stan lemon. Stan lemon itu disuplai oleh ayahnya, mulai dari lemon, gla, dsb. sedangkan Harrell yang bekerja. Di akhir bulan, semua profit dibagi rata. Dia percaya, bahwa pelajaran ini akan mengajarkan anak untuk bertanggungjawab dan menunjukkan kepada mereka tentang pentingnya berusaha. Sebagai hasilnya, anak belajar bagaimana integritas bukanlah sebuah putih di atas kertas, melainkan sebuah jalan hidup.[2]

C.       BERFIKIR KREATIF & INOVATIF
                  Berfikir kreatif & inovativ biasanya dimulai dengan mencari ide ide baru lalu Mengembangkan Ide Kreatif dan Inovatif tersebut dan diimplementasikan terhadap sebuah usaha

Ø  Pengertian kreatif
Menurut Coleman dan Hamman, berfikir kreatif adalah berfikir yang menghasilkan metode baru, konsep baru, pengertian baru, perencanaan baru, dan seni baru.
Rawlonston menjelaskan bahwa berfikir kreatif dinamakan berfikir divergen atau lateral, yaitu menghubungkan ide atau hal-hal sebelumnya tidak berhubungan
. Kreatifitas merupakan salah satu kemampuan manusia yang dapat memberi kepuasan dan keberhasilan hidup.
Orang kreatif tidak akan ikut dalam deretan panjang pencari kerja, karena dia sendiri yang akan menciptakan lapangan pekerjaan untuk dirinya dan orang lain.

o   Ciri dan sifatberfikir kreatif
Menurut Denny dan Davis dalam penelitian terhadap para penulis dan arsitek yang kreatif melalui identifikasi oleh anggota profesi mereka, menghasilkan bahwa orang yang mempunyai kreatifitas yang tinggi itu cenderung memiliki ciri-ciri:
a.    Fleksibel, artinya luwes, tidak kaku harus mau menerima ide orang lain.
b.    Tidak Konvensional, artinya tidak lugu, apa adanya
c.    Eksentrik (aneh), artinya mempunyai pola pikir yang berbeda dengan orang lain.
d.    Bersemangat, artinya mempunyai antusias yang tinggi.
e.    Bebas, tidak mau terikat pada aturan-aturan tertentu.
f.    Berpusat pada diri sendiri.
g.    Bekerja keras
h.    Berdedikasi, artinya memiliki keteguhan yang tinggi.
i.    Intelegen, memiliki pemikiran yang tinggi.

o   Berdasarkan penelitian, kreatifitas dapat diidentifikasikan menjadi 3 tipe.
a.    Menciptakan
b.    Memodifiasi
c.    Mengkombinasikan

o   Para peneliti membuat empat variasi hubungan kreatifitas dengan intelegensi yaitu:
a.    Kreatifitas rendah, intelegensi rendah
b.    Kreatifitas tinggi , intelegensi tinggi
c.    Kreatifitas rendah, intelegensi tinggi
d.    Kreatifitas tinggi, intelegensi rendah
4.    Pengertian dan arti penting Inovasi

Ø  Inovatif adalah berfikir untuk menemukan suatu penemuan atau terobosan yang menghasilkan produk baru yang belum pernah ada sebelumnya atau mengerjakan sebuah produk yang sudah ada dengan cara baru.
sedangkan  inovasi lahir dari cara berpikir yang inovatif.
Schumpeter, mengatakan inovasi adalah pembeda antara seseorang wirausahawan dan pengusaha biasa. Inovasi harus berlangsung sepanjang waktu. Bila seorang pengusaha tidak melakukan inovasi, maka ia bukanlah seorang wirausahawan. Agar usaha yang dilakukan terus menghasilkan keuntungan dan berumur panjang, maka inovasi harus dilakukan terus-menerus.
Ø  Prinsip-prinsip inovasi

o   Prinsip keharusan
1)    Keharusan menganalisis peluang
2)    Keharusan memperluas usaha
3)    Keharusan untuk bertindak efektif
4)    Keharusan untuk tidak berfikir muluk
o   Prinsip larangan
1)    Larangan untuk berlagak pintar
2)    Larangan untuk rakus
3)    Lararangan untuk berfikir terlalu jauh kedepan
o   Mengembangkan cara berfikir inivatif
1)    Biasakan memiliki mimpi
2)    Perkayalah sumber ide
3)    Biasakan diri menerima perbedaan dan perubahan
4)    Tumbuhkan sikap empati.
Ø  Teknik mengembangkan inovasi
Kemenangan dapat diciptakan dengan kita menciptakan pasar baru dalam inovasi, inovasi dan bisnis ibarat dua sisi dari mata uang, salang berkaitan, inovasi harus terus dibangun melalui budaya kreatif mengikuti tren perubahan dan membangun pasar
seseorang wirausaha harus segera menerjemahkan mimpi-mimpinya menjadi inovasi

D.    Hambatan Berfikir kreatif
              Hal-hal yang dapat membunuh dan menghilangkan kreativitas Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi kreatif. Namun sebagaimana yang kita sampaikan diatas, banyak orang yang menjadi pengangguran intelektual, tidak berubah hidup menjadi lebih baik, disebabkan oleh kurangnya keberanian dan kreativitas. Apa yang menjadi penyebab, hilang dan berkurangnya kreativitas :
1.      Pikiran Negatif
2.      Lingkungan yang buruk
3.       Kata-kata yang meracuni
4.       Motivasi yang rendah
5.      Perceptual
- Membatasi penyelesaian problem dengan asumsi yang tidak perlu
- Stereotyping : berpikir konvensional
- Terlalu banyak atau sedikit informasi
- Persepsi itu tentang bagaimana cara seseorang memandang suatu hal
6.      Emotional
- Takut mengambil resiko
- Tidak menyukai ketidakpastian
- Lebih suka menilai daripada menghasilkan gagasan
- Menganggap remeh suatu masalah
- Tergesar gesa menyelesaikan masalah
7.      Imagination
8.      Cultural
- Kultur menghambat perngakumulasian gagasan
- Takut tampil berbeda dari yang lain
- Takut mengambil tindakan/mengemukakan gagasan yang kemungkinan bakal dianggap kontroversial.
9.      Expressive
10.  Intellectual
- Telalu mengandalkan logika
- Enggan menggunakan intuisi
- Menggunakan pengalaman atau cara lama yang terbukti efektif hasilnya.
11.  Environmental
Kurangnya dukungan sarana dan prasarana kerja :
- Tidak ada kerjasama dan rasa saling percaya antara tim kerja
- Alasan bersifat otoriter, tidak menghargai pendapat orang lain
- Gangguan rutin, misalnya telepon tamu yang tidak putus putus dan ruang kerja yang bising
- Kurangnya dukungan untuk mematangkan gagasan
- Budaya kebersamaan (solidaritas) atau anti persainga

E.    Syarat berfikir kreatif

Menurut Ahmad Abdul Jawwad ada empat syarat fundamental agar dapat berfikir kreatif dan inovatif, disingkat POSE yaitu :
Ø  Produktivitas tinggi, yakni kemampuan untuk menghasilkan jawaban sebanyak mungkin untuk satu pertanyaan
Ø   Orisinalitas tinggi, yakni kemampuan menghasilkan gagasan yang unik dan baru yang belum pernah dikenal sebelumnya
Ø   Sensitivitas yang tinggi terhadap berbagai permasalahan yang mungkin saja tidak sampai mengusik sensisitivitas kebanyakan orang biasa
Ø   Elastisitas yang tinggi, yakni kemampuan menghasilkan pemikiran variatif sebanyak mungkin.
Kecendrungan dan Sifat Orang Kreatif
Seorang yang kreativ memiliki berbagai karakter dan sifat yang dapat menumbuhkan krativitas dalam dirinya. Sifat itu antara lain :
Ø  Memiliki kepercayaan yang besar kepada dirinya
Ø  Berani untuk melakukan tindakan dan perubahan berdasarkan ide dan gagasannya
Ø   Bersikap kritis dan tidak mudah begitu saja menerima suatu kesimpulan, tapi melakukan pengkajian ulang dan penelitian
Ø   Menjauhkan diri dari rutinitas kerja, dan menyukai hal-hal dan tindakan-tindakan baru
Ø   Tidak mudah menyerah dan berputus asa untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang dilontarkannya sendiri
Ø  Tidak suka menekankan dominasinya kepada orang lain
Ø   Siap menerima ide baru, gagasan baru dan pendapat dari orang lain.

Bagaimana Menjadi Orang yang Kreatif
ü  Bukalah pikiran anda untuk menerima ide dan gagasan baru dan Jangan menghakimi ide dan gagasan anda sendiri
ü  Miliki keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi pada kemampuan anda
ü  Lakukan dan Ikuti kegiatan yang dapat memicu munculnya kreativitas terutama seperti seminar, pelatihan, diskusi/brainstorming
ü   Perkaya pikiran dan hati anda dengan membaca dan mengikuti ilmu-ilmu yang terbaru dan mengembangkan kreativitas
ü   Pelajari Biografi orang sukses dan kreatif terutama dibidang yang ingin anda geluti
ü   Biasakan melakukan perenungan, silence dan mencatat gagasan anda
ü  Lakukan tindakan dan kegiatan yang berbeda tiap hari. Jangan biarkan diri anda terjebab rutinitas. Misalnya, lewati jalan lain dari yang biasa anda lewati, baca buku-buku terbaru, berteman dengan orang-orang yang baru,
ü   Jangan menghakimi ide dan gagasan orang lain
ü   Laksanakan keberanian untuk bertindak melaksanakan ide dan gagasan anda. Kemudian lakukan evaluasi dan koreksi untuk lebih baik, setelah bertindak.
ü   Isilah pikiran anda dengan music, humor, gambar-gambar, puisi, karya seni, permainan untuk dapat mengaktifkan terus otak kanan anda, karena kreativitas terletak pada otak kanan.
ü   Lakukan perjalan wisata dan kunjungan berkala menuju tempat-tempat yang belum pernah anda kunjungi, tempat-tempat yang dapat memunculkan inspirasi, penyegaran dan ketenangan pikiran seperti pantai, air terjun, gunung, taman bunga, kebun, danau.
Demikianlah, cara dahsyat untuk meraih kesuksesan dengan membangkitkan pikiran dan mental kreatif.



[1] Leonardus Saiman. Kewirausahaan Teori, Praktek, dan Kasus-kasus. (2009, Jakarta: Salemba Empat).hal: 56-58
[2] http://daysgreen-days.blogspot.com/2011/12/faktor-faktor-kewirausahaan.html

No comments: